Bipolonews.com – Anggota DPR RI asal Provinsi Maluku Mercy Barends meminta generasi muda, Siswa/Mahasiswa dan Guru di Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan membentuk Komunitas Cerdas untuk membangun daerah dan membangun pikiran kritis.
Hal itu disampaikan Mercy Barends melakukan kunjungan kerja di Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan, Maluku, sekaligus membuka Sosialisasi Literasi Digital untuk Siswa/Mahasiswa dan Guru yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan tema, “Program Komunikasi Publik BRIN untuk masyarakat, berlangsung di Balai Desa Desa Leksula kecamatan Leksula, kabupaten setempat, Sabtu, (16/9/2023)
Turut mendampingi Mercy Barends, pemerintah daerah yang diwakili oleh Kadis Perindag Dedy Seleky, anggota DPRD dari PDI Perjuangan Anselany Seleky dan pengurus DPC PDI Perjuangan BurseL.
Anggota DPR RI asal (Dapil) Provinsi Maluku ini mengatakan, BRIN di bentuk tahun 2021, dan Mercy Barends berada dalam pansus pembentukan BRIN yang mana saat itu dirinya berada di Komisi VII DPR RI.
“Beta kebetulan ada di pansus itu, bermitra dengan kementerian Ristek sampai akhirnya lahirnya Kepres dan di leburnya sejumlah lembaga riset besar terbentuknya lembaga yang dinamakan BRIN,” jelas Mercy.
Dikatakan, tanggung jawab pihaknya di Komisi VII DPR RI, bagaimana bangunan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi bisa di atur, dibahas sehingga sehingga mencerminkan peradaban Indonesia.
Kemajuan dan perkembangan ilmu teknologi yang ada di sebut daerah lanjut Mercy Barends, mencerminkan peradaban yang ada di situ.
“Beta ulang lagi, mencerminkan peradaban yang ada di situ,” ujarnya mengulang lagi.
Dikatakan, jika tidak tanggap terhadap teknologi dan tidak tanggap terhadap ilmu pengetahuan jelas Mercy, dunia saat ini seperti tidak ada ruang dan waktu.
“Dulu kalau kita koresponden dengan beberapa teman dari berbagai negara, dalam sistem itu, pakai surat, kalau beta menyurat 3 bulan akan datang baru dapat balasan. Hari ini, detik saja, menit saja kita mengirim pesan (WhatsApp), dimana saja langsung bisa mengakses,” jelasnya.
Salah satu putri terbaik Maluku ini mengatakan lanjut, hari ini dunia suda sangat digital, katanya, cara berpikir sudah sangat digital.
Dikatakan, ada tiga hal ketiga berbicara Literasi Digital, jelasnya bahwa Literasi bisa diambil dari buku, jurnal dan darimana saja.
“Beta tambahkan, Literasi Digital, maka kita konek dengan digital,’ ujarnya. Tambahnya, kita berbicara Literasi Digital untuk kemajuan daerah kita.
Dikatakan, bagi masyarakat yang ada di Leksula Kabupaten Buru Selatan ini harus menjadi specis yang unggul, manusia yang unggul agar supaya mampu melewati tantangan jaman saat ini, jika tidak akan tergilas.
Dikatakan lanjut bahwa, “pada jaman dulu peradaban tua seperti Mesir dan di Amerika, banyak peradaban tua yang sangat maju sekali, hilang”, Kata Mercy, hilang karena tidak mampu bertahan dengan perubahan kemajuan.
“Tertinggi dari sisi kebiasaan, tertinggal dari sisi ilmu pengetahuan, tertinggal dari sisi segala macam. Akhirnya punah, dan hilanglah itu peradaban, jelasnya.
Mercy Barends berharap Indonesia ini masih tetap ada di peta dunia, termasuk Maluku, Leksula kabupaten Buru Selatan tetap ada di peta dunia selama peradaban ini masih ada karena mampu bertahan.
Tantangan yang dihadapi saat ini kata Mercy Barends, tantangan kemajuan era Digitalisasi dan teknologi.
Literasi Digital jelas Mercy Barends, mempunyai padanan kata yang berbeda adalah interasi. Dikatakan lanjut, “ada satu ahli yang bukunya berjudul, “Goncangan Masa Depan,”
“Dia mengatakan begini, hati-hati dengan buta huruf abad 21. Kata lain dari interasi itu adalah buta huruf, paling sederhana itu,” ujarnya.
Lanjutnya, sedangkan Literasi, adalah kemampuan bila sudah tahu membaca dan menilai, bisa menangkap esensi dari makna yang bermanfaat dalam kemajuan ilmu teknologi.
“Jadi, membangun kesadaran berpikir kritis, bertindak kritis, pengambilan kebijakan kritis. Karena apa, karena kita mendapat komparasi,” ujar Mercy Barends.
Namun kata Mercy Barends, dapak Digitalisasi ada positifnya dan ada juga dampak negatifnya.
Jelasnya, dampak positifnya ada bermacam-macam. Begitupun dampak negatifnya ada bermacam-macam.
“Kalau pagi-pagi beta paling jengkel, pagi hari bangun tidur mau sarapan buka Facebook, ada saling maki, sebarkan hoax segala macam membela persatuan,” ucapnya.
Literasi Digital ini membutuhkan kecerdasan, bukan saja kecerdasan intelektual saja, kedua kecerdasan sosial didalam era perkembangan.
“Mendingan yang mudah-mudah ini kita bentuk Komunitas-komunitas cerdas. Kita bangun Komunitas cerdas untuk membangun daerah kita, membangun pikiran kritis kita,” pinta Mercy Barends.
Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial, kata dia bisa membangun kultur baru.
Membangun kultur baru jelasnya, sikap terhadap waktu karena waktu sangat penting, karena saat ini segala sesuatu perubahan bisa terjadi.
Lanjutnya, penghormatan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Lanjutnya, karena setiap orang menghasilkan gagasan lewat karya ilmiah melalui proses literasi yang tidak mudah, pintanya, bacalah itu.
Kata Mercy Barends, jika membuka satu akun, entah Facebook, Instagram atau Twitter atau apa saja, kata dia, jika itu di buka maka anda langsung menjadi warga digital global.
“Orang dari mana saja bisa membaca profil anda, bertanggung jawablah dengan identitas profil global anda. Bertanggung jawablah dengan pikiran-pikiran kritis digital global anda,” tandasnya.
Sebut Mercy, Karena yang anda share itu tapak digital anda takan pernah hilang. Jika 20 tahun kemudian hal itu jika di cari maka seluruh profil akan muncul semaunya.
Sebagai warga digital global bertanggungjawab mulai dari mengakses, menggunakan, memanfaatkan, melanjutkan, mengelola lanjut untuk kepentingan apa saja, pintanya agar manfaat secara baik dan benar. (BN-01)