Bipolonews.com – Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari satu tahun menyebabkan cukup banyak korban jiwa. Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 per Senin (12/7/2021), total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 2.567.630 orang. Sebanyak 67.355 orang di antaranya meninggal dunia. Dari jumlah itu, ada cukup banyak korban jiwa dari kalangan kiai dan ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang wafat karena terkena Covid-19.
Data dari Tim Panser Nahdlatul Ulama selama kurun waktu 2020-2021 per Sabtu (10/7/2021) lalu, jumlah ulama atau kiai NU yang wafat selama masa pandemi ini mencapai 644 orang. Jumlah tersebut masih terus bertambah dalam beberapa hari terakhir.
Wakil Ketua DPR Bidang Korkesra Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) mengaku sangat bersedih atas banyaknya ulama dan kiai yang wafat belakangan ini. ”Baru-baru ini kita banyak kehilangan kiai dan ulama kita. Almagfurlah Kiai Zainuddin Djazuli, almagfurllah Kiai Fuad, Kiai Nawawi Sidogiri, dan para kiai-kiai lainnya yang semua itu adalah motivator, energi, dan sekaligus pengarah perjuangan kita di PKB. Mari kita doakan beliau-beliau semua semoga diterima amal ibadahnya oleh Allah SWT,” ujar Gus Muhaimin saat memberikan sambutan di selaacara Yasinan, Tahlil Akbar dan doa bersama yang dikhususkan untuk Almarhum KH. Zainuddin Djazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri secara virtual melalui aplikasi Zoom, Senin malam (12/7/2021).
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga mengajak seluruh kader PKB dimanapun berada untuk bersama-sama menjaga para kiai, terutama mereka yang sudah sepuh agar selamat dari pandemi ini.
“Kepada teman-teman DPC, DPW, anggota DPR, Bupati, Gubernur, Wakil Gubernur, semuanya tolong dijaga kiai masing-masing. Jangan sampai berakibat terlambat darurat mengantisipasi. Contoh misalnya di Bekasi kemarin ada yang akhirnya terlambat dalam penanganann yang padahal sebetulnya bisa ditangani,” tuturnya.
Gus Muhaimin juga mengajak seluruh kader PKB yang diberikan amanah, wasiat, dan mandat untuk melakukan perjuangan politik ini agar selalu istiqamah dalam memberikan pengabdian dan perjuangan seperti yang dilakukan para ulama. ”Insyaallah dengan kebersamaan kita-kita dengan beliau-beliau, insyaAllah hidup kita akan mulia di sisi Allah SWT,” urainya.
Dikatakan Gus Muhaimin, wafatnya para kiai yang begitu banyak dalam beberapa waktu belakangan ini menjadi ujian berat. ”Ini tentu menjadi kewaspadaan yang tinggi yang harus dilakukan oleh seluruh komponen PKB. Saya sudah membuat maklumat yang disampaikan oleh seluruh pejabat eksekutif mulai menteri termasuk Wapres, legislatif, semua memberikan perhatian yang sungguh-sungguh, solusi yang cepat dan efektif atas pandemi ini,” katanya.
Secara khusus, Gus Muhaimin menyampaikan kenangannya terhadap sosok almarhum KH. Zainuddin Djazuli sebagai tokoh yang istiqamah dalam memperjuangkan ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja). Konsistensi Kiai Din diakuinya sebagai pelecut semangat setiap kader PKB dalam berjuang.
“Seluruh warisan beliau adalah energi, kekuatan dan semangat kader PKB untuk tetap istikamah dalam garis perjuangan politik Aswaja. Beliau tahu persis PKB ini lahir dari cita-cita besar para ulama untuk bangsa, agama dan negara. Sehingga yang diperlukan adalah kemurnian dalam pengabdian,” kata Gus Muhaimin.
Bimbingan dan motivasi Kiai Din tersebut membuat Gus Muhaimin dan seluruh kader PKB di Indonesia merasa sangat kehilangan. Di mata Gus Muhaimin, Kiai Din adalah sosok panutan yang tidak lelah memompa energinya dalam memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara.
”Kita semua terus mendoakan semoga almagfurlah KH. Zainuddin Djazuli diterima di sisi Allah SWT. PKB sangat kehilangan beliau sebagai panutan dan penuntun energi juang kita, sebagai pemimpin yang memberikan bimbingan dan motivasi,” tutur Gus Muhaimin.
Tak lupa, Gus Muhaimin juga mengingatkan kepada seluruh masyarakat agar menerapkan kultur baru dengan menggunakan cara new normal dan protokol kesehatan yang disiplin. ”Kepada para kiai yang sudah sepuh, saya kira tidak usah dicium tangannya dulu. Salaman di dada saja supaya beliau-beliau kita jaga. Kita cinta beliau, ingin cium beliau, ingin bersalaman dengan beliau, tetapi untuk sementara waktu sebelum pandemi ini berakhir, kita ubah tradisi untuk mengantisipasi,” sarannya.
”Kepada keluarga para masayih juga harus menjaga karena korbannya sudah sangat banyak sekali. Di Jakarta saja hampir tiap hari kiai-kiai kita mengalami sakit keras dan banyak yang akhirnya wafat dan meninggalkan kita,” kata cucu salah satu pendiri NU KH Bisri Syansuri ini.